Jumat, 15 Februari 2008

SENJA HARI DI UJUNG PLAWANGAN


Seperti yang telah kami lakukan diwaktu lalu, rasa rindu untuk kembali mencoba kehidupan di alam membuat kami bernostalgia kembali bersama teman-teman seangkatan yang suda pensiun dari PALAPSI UGM ( Pecinta Alam Psikologi UGM ). Lama tidak merasakan bukan berarti kami lupa untuk kembali membuat manajemen perjalanan yang biasa kami lakukan di masa lalu. Di awali dengan brieffing yang di ikuti oleh andri “cicie” dan mogel “papi” sebagai seksi perlengkapan, edy “susan” dan adi “da’ i cabul” sebagai seksi transportasi, diana “mami” karena dah pengalaman jadi bendahara dipercaya sebagai pemegang duit, Deby “deb” dan luli “ulil albab” mendapat tugas sebagai juru medis atau P3K, sedangkan Rina “kucing” karena sudah berumah tangga dan Risty “tembem” yang doyan makan dipercaya menjadi manajer konsumsi dan terakhir Jamal “jambul bradut” ( penulis ) menjadi Project Officer ( PO ). Belanja dan packing barangpun dilakukan sesudahnya. Tak lupa peta merapi digelar, bukan untuk alas main kartu, melainkan untuk di baca dan dipelajari. Dicari titik yang sekiranya besok akan dituju. Akhirnya sepakat menuju titik…. Yang terletak diantara bukit Turgo, bukit Plawangan dan puncak Merapi.
Besoknya. lima motor bergerak meninggalkan jogja yang panas. Jarum jam menunjukkan pukul 13.00 ketika perlahan namun pasti bergerak menuju Kinahrejo yang akan dijadikan Base Camp. Perjalanan yang lumayan melelahkan, setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki sehabis istirahat sebentar, pindah dari satu punggungan ke punggungan lain. Tidak lupa di setiap lokasi strategis kami berusaha untuk kembali mengasah kemampuan berorientasi medan dan baca peta kompas. Sayang besarnya keinginan belajar tidak diimbangi oleh peralatan kompas yang Valid. Tepat pukul 15.30, kami tanpa disangka sudah sampai dititik yang ingin di tuju. Tepat pula saat itu hujan rintik mulai turun dan angin batang dengan hembusan yang lumayan kencang dan mendinginkan tubuh.
Dengan cekatan tenda mulai didirikan, syukurlah cuaca mulai bersahabat . tanpa berusaha menyiakannya, acara masak-memasakpun dimulai. Menu spesian hari itu adalah Bakmi Godhog pakai telur dan bakso. Tak lupa omlet sebagai lauknya. Begitu banyaknya hingga bukan lagi dengan sistem jatah, melainkan dengan prasmanan untuk menagmbilnya. Akibatnya, terlihat lagi siapa yang masih menjadi “karung” (yang banyak makan) diantara kami. Pada kesempatan itu, susan menduduki peringkat pertama dengan menghabiskan satu misting nasi, tiga omlet, lima gelinding bakso dan dua gelas the poci disusul aku dan papi serta da’i cabul yang kalah tipis, baru kemudian cicie’ dan mami dengan jarak yang lumayan jauh, deb, ulil, tembem dan kucing menjadi juru kunci dengan mneghabiskan jumlah porsi yang sama.
Suasana masih terang saat tidak ada lagi yang bisa dimakan. Bukit Turgo begiru tenang berdiri, sedangkan bukit Plawangan begitu tegar membentang. Dan, merapi pun diam dalam kegarangannya. Yang nampak hanyalah wajahnya yang begitu kasar dan kepulan asap putih dari kepundannya. Matapun tertuju pada pemandangan senja dilangit yang luar biasa indahnya. Bias cahaya dari sang surya yang mulai bergulir kebarat memberikan nuansa senja yang sebenarnya begitu sayang bila tidak diabadikan. Dengan kamera dan handycam yang ada semua menjadi bukti kebersamaan yang kami bawa, memandang sekeliling suasana senja sore hanya berdecak kagum yang bisa kami lakukan dan dalam hati berseru : semoga beginilah damai dunia.

Toek PALAPSI UGM ’99: Sukses tuk kita semoka kebersamaan ini tidak akan pernah terpisahkan. Love you so much

Tidak ada komentar: