Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, disetiap hari ke-14 pada bulan februari secara simbolis diperingati sebagai hari yang didedikasikan bagi umat manusia yang ingin berbuat sesuatu mengatas namakan cinta, mengungkapkan cinta, membagi-bagikan cinta dan bahkan melupakan kisah lama untuk mempersiapkan hati menyambut kembali datangnya cinta. Sudah layak dan sepantasnya jika ketika itu kita turut merayakan hari valentine dengan ketulusan hati untuk saling memberi dan menerima apa yang namanya cinta.
Ada apa dengan cinta? Adalah judul film layar lebar yang dulu menjadi topik hangat para pecinta di tanah air sejak awal peluncurannya. Yah memang ada apa dengan cinta? Apakah yang begitu rumit dipahami dari mekanisme cinta sehingga begitu banyak hati bisa terhempas begitu saja ketika cinta melanda? Mitos memaparkan peristiwa jatuh cinta kita alami sebagai hasil bidikan panah asmara yang dilepaskan busur si cupid, dewa cinta Yunani. Dari antara jari-jarinya yang mungil meluncur mata busur tepat menuju sasaran hati secepat kilat menyambar dan kita pun tidak tahu lagi untuk mengelaknya. Alhasil, kita menemukan diri seperti dirundung perasaan yang mirip kepasrahan, namun berujung pada kerelaan hati sepenuhnya untuk mengorbankan segala sesuatu yang kita miliki demi mempertahankannya selama mungkin. Karena kita rela dan karena sepertinya perasaan ini telah lama kita rindukan, maka kita biarkan pula ia berkuasa atas pikiran yang rasional dan mendominasi segala prilaku menjadi kecendrungan ‘everything-I-do-I-do-it-for-you’ kompleks. Di satu pihak, mungkin agak konyol apabila semuanya itu berusaha dijelaskan secara rasional, namun omong kosong juga untuk mengatakan bahwa fenomena tersebut dapat diatasi dengan mengandalkan faktor emosional semata.
Tapi, apakah sebenarnya yang terjadi saat kita jatuh cinta? Apa yang membuat kita lupa segala daratan dan membiarkan diri terseret derasnya arus emosi, yang pada akhirnya hanya akan meninggalkan kita untuk tenggelam di dasar lautan asmara yang entah seberapa dalam?
Barangkali masih akan dibutuhkan beberapa peringatan hari valentine lagi pada tahun-tahun ke depan untuk kita agar dapat menemukan esensi cinta yang sebenarnya, oleh karena kedalaman cinta tidak akan terungkap dengan bermodalkan pengalaman jatuh cinta yang terlalu dangkal dan terlalu cepat, yang senantiasa menghampiri kita silih berganti.