Sabtu, 23 Februari 2008

Kepak Sayap Bebas


Terus berjalan dan berlari
Mengoleksi segala yang kutemui
Menggugat kenangan menggores sejarah
Berteriak pada penjuru angkasa
Aku punya nama!!!!
Seperti burung aku terbang
Kepakkan sayap
“ aku datang dan melihatmu “
Tapi kau tidak peduli
Menutup mata dan pergi
Aku hinggap didahan kota
Mendengar lenguh dan tangisan
Rasa lapar dan sedih dimana-mana
Aku tak bisa apa-apa
Kukabarkan padamu cerita ini
Tetapi kau tetap pergi
Pun setelah kau tebas sayap-sayapku
Dari atas gunung tinggi aku terguling
Terus jatuh terus bergulir

Pada TUHAN...


Aku selalu tengadah ke wajah Tuhan
Merapatkan jari jemari tangan ke dada NYA
Menyatukan bibir dan kecupan
Aku menyatu dalam hening paro malam
Aku selalu berbisik ditelinga Tuhan
Hatiku berbicara menguapkan rasa
Menumpahkan kasih mesra dibalik kelambu takwa

Kutitipkan pada awan
Cerita tentang seluruh orang malang dibumi
Agar dinaungiNYA dari terik keculasan
Yang tersisih, terkalahkan oleh apa dan siapa
Kukatakan pada langit
Pengembaraanku yang sia-sia
Mencari nafas dan denyut nadi
Bahkan jasadku entah dimana!
Tak ada yang peduli!

Kembang Bibir...


kuurai jejak tebing-tebing curam, jalanan bagi gema yang pantul
di dinding semesta tua, suara-suara kumandang dari sudut bukit
merasuk lubang-lubang kepala yang rindu mata air, mereka kejar muara berjarak
ketika gema mengibas tabir, kulit-kulit hanya selongsong tanpa makna
isyarah menusuk daging hampa

uraiku dilerai kemarin petang, mereka dekam semalaman di perbukitan
runtuhan jiwa menganak air mata, tapi gumamku hanya sesaat
mereka kembali pada longsong kosong, rumah yang haus telaga semesta