Selasa, 25 Maret 2008

Berpacu Debu...




aku berlari,...


sebagai satu,..


diantara seribu,...


membuang peluh,...


mengejar waktu,..


aku tak menghindar dari keluh,..


aku siap untuk terbunuh,..


aku berlari,sebagai satu dalam seribu,berpacu dengan debu,..


membedaki hari-hari kelabu selalu berpacu,..


dengan semangat seorang serdadu,..


aku berlari sebagai bagian dari beribu,..


orang -orang yang berpacu disini,..


berusaha untuk mendapat tempat dijakartamu,...!!

Mereka Mengajarkan Kita


Hal yang sangat menyedihkan adalah saat kita jujur pada kekasih kita, dia berdusta pada kita. Saat dia telah berjanji pada kita, dia mengingkarinya. Saat kita memberikan perhatian, dia tidak menghargainya. Hal yang sangat mengecewakan adalah kita dibutuhkan hanya pada saat dia dalam kesulitan.

Jangan pernah menyesali atas apa yang terjadi pada kita! Sebenarnya hal-hal yang kita alami sedang mengajari kita. Saat kekasih kita berdusta pada kita atau tidak menepati janjinya pada kita atau dia tidak menghargai perhatian yang kita berikan, sebenarnya dia telah ajari kita agar kita tidak berperilaku seperti dia.

Bila kita dibutuhkan hanya pada saat dia sedang kesulitan sebenarnya juga telah mengajari kita untuk menjadi orang yang arif dan bijak, kita telah membantunya saat dia dalam kesulitan.Hal yang menyakitkan adalah saat kita mencintainya dengan tulus tapi dia tidak mencintai kita atau dia yang kita sayangi tiba-tiba mengingkari kita, sebenarnya hal ini sedang mengajari kita untuk ikhlas memahami arti ketulusan.

Begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang sering kita alami atau bertemu dengannya karena egois dan sikap kekasih kita yang tidak memahami ketulusan kita. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yang dikecewakan, disakiti,diingkari, tidak diperdulikan, atau bahkan di rendahkan. Sebenarnya mereka sedang mengajari, melatih membersihkan hati dan jiwa kita, untuk menjadi orang yang sabar dan mengajari kita untuk tidak berperilaku sepertinya.

Mungkin Alam menginginkan kita bertemu orang dalam berbagai macam karakter yang tidak menyenangkan sebelum kita bertemu dengan orang yang menyenangkan dalam kehidupan kita dan kita harus memahami bagaimana berterimakasih atas karunia itu yang telah mengajarkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita.

Kawan... Kehidupan .....


Kesepian, adalah apa yang kau nikmati setelah merenggut kebebasan dari kelamin hidup! “sedang senyap menyelinap diantara desah yang menganga”, karenanya kau coba tebus dengan puisi bimbang. kawan, mimpi telah banyak mencekik orang seperti kita, tapi tetes-tetes upaya melegakan setelahnya, walau mengorbarkan luka dalam ragu yang kian dalam, tapi, mereka terlalu tua untuk kita, dan kita tidak pernah terlalu muda untuk mereka!.

karena kita tidak pernah gagal mencuri gairah dalam hidup yang basi ini! karena kita berpuisi…seperti kita menterjemahkan ayat-ayat suci: buruh-buruh itu menyenandungkan kesaksiannya, bahwa tiada yang paling berkuasa selain Dia, jika ada yang mecoba untuk berkuasa- maka mencoba menjadi Dia. dan kita mendengar senandung itu, kita mendengar, kita mendengar, semakin jauh semakin dekat.walau kadang suara dirampas hiruk dunia!

kau bisikkan “mimpi di ujung embun” dan aku mengira, segala telah patah, karenanya kita berpuisi, menyambung mimpi-mimpi, menghimpun yang terserak, menjadi pelayat kepada jiwa-jiwa yang mati. Dan walaupun iringan pelayat terlilit lupa, kita tetap ingat dan berkata: yang mati akan bangkit!; dan malam mulai kembali jahanam, menginjak-injak jiwa yang merasa merdeka!

kawan, kelak kita adalah jasad. Terbaring dalam kadafer yang dingin dan sepi. kelak kita adalah jasad, tapi kinipun kadafer itu telah mengurung kita! siapa malaikat yang berani menyepak kita ke neraka? selama kita tetap setia pada cita-cita. tapi inilah teman- sepi untukmu dari Tuhan.

kawan, kau ingat, setelah lelah dari tempatmu, aku berjalan linglung ke terminal, memasuki alam yang tak tegas menghimpunku. Maka aku-lah yang selalu kembali menegaskan, bahwa hidup adalah secangkir kopi. Hitam dan tumpah ke remang jantung, membuat setiap denyutnya berjaga, membuat setiap hembus nafas terasa senja. Tapi jahanam, doa siapa tersesat di kepala keropos milik kita. Menyeret tubuh kering ini ke sangsi yang kejam.

Hingga kita beku di puncak sunyi. "Seribu kata dalam lemari coklat di ujung kalimat, diantara kebodohan dan di tepi air yang menjadi nyeri, “jiwamu menolak mati!”